Tahun 2008 adalah awal karir saya di Industri Internet Marketing. Saat itu saya masih SMA kelas 2, dimana perkenalan dengan dunia ini bermula saat baca-baca di forum ads.id.
Perjalanan tidaklah mulus. Banyak rintangan nan berliku. Selain itu juga prosesi “kutu loncat” mewarnai kisah saya.
Perjalanan dimulai dengan ikut program adsense (2008) dengan membuat blog di blogspot.com milik google. Blog yang saya bangun saat itu tentang forex, dimana pada saat itu saya tidak tahu sama sekali apa itu forex. Yang saya tahu dari informasi yang saya baca, topik tersebut memiliki CPC yang tinggi.
Ya, mungkin sekarang Anda sedang menebak-nebak. Dan tebakan Anda benar! Blog adsense pertama saya full copy paste (mohon untuk tidak melakukan hal yang sama).
Melihat rumput tetangga yang “lebih hijau”, saya berpindah fokus dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Semua masih sama, tentang dunia digital media. Paid to review (2009) hingga bermain di warriorforum (2012) saya jabanin.
Hingga pada tahun 2013 saya mencoba berpindah dari dunia online ke dunia offline, yang membuat satu episode baru dalam hidup saya. Di tahun inilah masa-masa keterpurukan saya alami. Utang menumpuk, kehilangan kepercayaan dari keluarga dan teman, kuliah terbengkalai, dan berbagai masalah pelik yang datang silih berganti.
Titik Balik
Saat mengalami keterpurukan ini saya mulai menenangkan diri, saya berkata dalam hati “hal ini tidak boleh terjadi berlarut-larut”. Di tahun yang sama, saya mencoba bangkit, mulai mencoba membangun semuanya dari nol. Saya akhirnya kembali bergelut di dunia online, alasannya karena saat itu saya mulai sadar bahwa dunia digital media adalah passion saya.
Saya mulai berpikir beberapa hal saat memulai kembali, dan saya bertekad untuk bekerja bersama tim dan profesional. Harus fokus!
Titik balik perjalanan dari semua episode yang telah saya alami membuat saya bisa membedakan saya yang dulu dan sekarang. Perbedaannya sangat signifikan. Pada akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa dulu saya tidak lebih hanya marketer (penjual) online!
Salah Kaprah
Berpindah dari pekerjaan satu ke pekerjaan lain, membuat saya gagal fokus. Tidak ada waktu untuk menyesali, yang ada saya belajar banyak. Salah satu pelajaran penting yang dapat saya ambil adalah saya benar-benar salah kaprah memaknai pekerjaan yang saya geluti dulu.
Saat memulai saya merasa seperti seorang pebisnis sejati, padahal saya hanyalah orang yang menggunakan media online untuk sekedar berjualan. Tidak ada sistem yang saya buat, bekerja sendirian, dan tidak melek secara finansial.
Saya mencoba membuat perbedaan antara yang saya alami dulu dan sekarang, dan sampailah pada kesimpulan dimana tulisan ini saya sajikan berdasarkan pengalaman pribadi. Disini saya akan mengulas 7 perbedaan antara pebisnis dan marketer.
Perbedaan Pebisnis dan Marketer Berdasarkan Pengalaman Pribadi
No |
Pebisnis |
Marketer |
1. | Uang –> investasi | Uang –> promosi |
2. | Membangun tim, mendelegasikan pekerjaan | Mencari winning campaign |
3. | Fokus ke costumer & service | Fokus pada penjualan |
4. | Menggaji diri sendiri | Mengambil dari hasil penjualan |
5. | Membuat produk menjadi laku | Mencari produk apa yang laku dijual |
6. | Membangun sistem | Tergantung oleh sistem |
7. | Mempekerjakan marketer | Kadang dipekerjakan oleh pebisnis |
Tabel perbedaan Pebisnis dan Marketer (bisnismindset.com)
1. Pebisnis Berinvestasi Sedangkan Marketer Menghabiskan Uangnya Untuk Promosi
Jangan mangambil kesimpulan terlalu dini, karena investasi tidak selamanya tentang saham, surat berharga, emas, reksadana, atau real esatate. Investasi yang saya maksud disini lebih banyak tentang membangun sistem, sumberdaya manusia, hingga operasional.
Bagi seorang pebisnis sejati, tim yang kuat haruslah disokong dengan dana yang memadai. Begitupula sistem yang ingin dibangun hingga berbagai tool atau alat yang menunjang secara operasional. Ia akan menganggap tim yang bekerja bersama adalah aset jangka panjang untuk mencapai suatu visi bersama.
Berbeda dengan marketer, ia akan menguras banyak uang untuk melakukan promosi. Bagi seorang marketer sejati uang haruslah diputar menjadi bentuk lain yang harus kembali menjadi uang yang lebih besar.
Perbedaan keduanya sederhana, bagaimana cara memperlakukan uang adalah aspek penting. Jadi, bagaimana Anda memperlakukan uang Anda sekarang?
2. Pebisnis Membangun Tim Sedangkan Marketer Sibuk Mencari Winning Campaign
Ini masalah fokus, bukan berarti pebisnis tidak ingin “winning campaign“, tetapi pebisnis lebih fokus pada bagaimana bersama tim nya mencapai goal bersama, winning campaign hanyalah salah satu faktor pendukung menuju goal tersebut. Bahkan pada kondisi tertentu pebisnis akan mendelegasikan pekerjaan mencari winning campaign kepada tim marketingnya! Ini diulas di poin ke tujuh, maka jangan berhenti membaca sampai disini.
note: winning campaign adalah istilah yang biasa dipakai saat beriklan, yaitu suatu kondisi dimana budget kampanye iklan mendapatkan profit (tidak loss)
3. Pebisnis Fokus Pada Pelanggan dan Pelayanan Sedangkan Marketer Fokus Pada Penjualan
Seperti yang sudah diulas pada poin pertama, marketer sejati membuat uangnya menjadi lebih banyak dengan mengubah bentuknya, istilahnya money make money. Sehingga tak heran jika mereka fokus dengan memasarkan produknya.
Pebisnis sejati lebih mengutamakan pelanggan dan pelayanan. Kebutuhan dan bagaimana orang lain benar-benar merasakan manfaat dari apa yang ditawarkan oleh pebisnis jauh lebih penting. Hasil yang diterima adalah efek dari kepuasan dan pelayanan yang diberikan.
4. Pebisnis Menggaji Diri Sendiri Sedangkan Marketer Mengambil Dari Hasil Penjualan
Bagi yang ingin berbisnis (atau memulai bisnis), sangat penting untuk melek finansial. Pebisnis sejati menggaji diri sendiri karena tahu bagaimana membaca arus kas, membukukan keuangan, menahan laba perusahaan, dan semua yang berkaitan dengan angka-angka. Mereka akan menaksir sendiri gajinya didepan sesuai kondisi neraca perdagangan. Jadi jika Anda merasa sebagai pebisnis, pertanyaannya adalah apakah Anda sudah membaca laporan keuangan Anda bulan ini? kalau sudah, selamat!
Berbeda dengan marketer, mereka akan mengambil uang (yang mereka sebut penghasilan) dari hasil penjualan. Modal berpindah bentuk dari uang menjadi barang, alat atau media promosi kemudian kembali menjadi uang. Terus menerus hingga menjadi kebiasaan marketer sejati. Topik utama marketer adalah HPP (Harga Pokok Produksi), modal, untung, dan rugi.
5. Pebisnis Membuat Produk Menjadi Laku Sedangkan Marketer Selalu Bertanya “apa produk yang laku dijual?”
Memilih produk adalah hal krusial bagi kedua profesi ini, baik pebisnis maupun marketer sangat membutuhkan produk yang dibutuhkan oleh pasar. Keduanya mempunyai kesamaan dalam hal ahli dalam menemukan target market.
Bukan marketer sejati namanya jika tidak bisa menjual barang tidak berharga menjadi mahal. Ketika mendapatkan produk (atau jasa), marketer harus “meng-iya-kan” pertanyaan: apakah produk ini laku ketika saya jual?
Bagaimana dengan pebisnis? Pebisnis akan mencari jawaban dari pertanyaan lain: “Bagaimana produk ini bisa laku?”
6. Pebisnis Membangun Sistem dan Cenderung Menghilangkan Ketergantungan Dengan Pihak Ketiga, Marketer Sebaliknya!
Poin ini mulai tidak menguntungkan bagi marketer, karena pada kenyataannya marketer biasanya sangat tergantung dengan pihak ketiga. Saat tulisan ini ditulis, beriklan di facebook (facebook ads) masih menjadi pembahasan terhangat di kalangan internet marketer. Selain itu di dunia digital ada google adword, banner ads, review post, endorse, dll. Sayangnya mereka ketergantungan terhadap pihak ketiga (facebook, google, dll).
Pebisnis menghindari hal itu, mereka bekerja membangun sistemnya sendiri. Mereka berupaya meminimalkan resiko dari akun yang di banned, Ads Manager Error (bagi Facebook advertiser), di blacklist dari tempat mereka berpromosi. Bukan berarti mereka tidak mengalaminya, melainkan itu bukan pain (masalah) terbesar bagi pebisnis. Kabar buruknya, apa yang dibangun oleh pebisnis lebih beresiko daripada marketer pada umumnya.
7. Pebisnis Mempekerjakan Marketer dan Marketer Memutuskan Bekerja Sendiri atau Dipekerjakan
Mungkin Anda pernah mendengar divisi marketing di dalam sebuah perusahaan. Ya, pebisnis akan selalu mencari marketer, mereka yang hebat dalam pemasaran. Maka marketer sejati (ketika mendapat tawaran tersebut) akan menentukan sikap, apakah ingin bekerja untuk diri sendiri atau bergabung dengan tim pemasaran perusahaan.
Itulah ulasan mengenai 7 perbedaan antara pebisnis dan marketer. Dimanakah Anda sekarang?
Mana yang Terbaik
Artikel ini tidak sedang membahas mana yang terbaik diantara kedua profesi diatas, mana yang terbaik adalah sikap Anda menemukan yang lebih nyaman untuk Anda jalankan. Keduanya mempunyai kelebihan sekaligus kelemahan.
Kecuali jika Anda saat ini adalah seorang marketer sejati yang ingin bermanfaat kepada lebih banyak orang. Mulailah berpindah untuk menjadi pebisnis sejati dengan bekerjasama dengan tim, merapikan laporan keuangan, membuat sistem, menciptakan pasar Anda sendiri, dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya.
Leave a Reply